Selasa, 12 Mei 2009

my posting

Bagaimana dengan jaringan telepon untuk itu?
Bayangkan, bila saat ini Anda memegang sebuah Laptop, kemudian dengan perantara telepon selular Anda masuk ke jaringan Internet, maka Anda sudah dapat melanglang buana. Anda berkomunikasi dengan kolega yang berada di lain benua, lewat sura, teks, data, citra dan bahkan video.

Namun, hal itu tidak akan terlaksana dengan baik bila jaringan telepon yang ada masih kurang mendukung terutama kecepatannya atau banyaknya data yang dapat disalurkan per satuan waktu. Untuk itulah, Indonesia dalam waktu dekat akan mengoperasikan Jaringan Digital Pelayanan Terpadu (JDPT) atau lebih dikenal dengan istilah aslinya sebagai Integrated Services Digital Network (ISDN).

Banyak keuntungan yang diperoleh bila komunikasi telepon, faksimil, teks, video, transmisi data, gambar dan jaringan komputer menggunakan layanan ISDN ini. Di antaranya adalah kecepatannya yang dapat mencapau 144 Kbps (Kilobit per second) atau bahkan hingga 2 Mbps (Megabit per second).

ISDN dapat digambarkan sebagai jaringan telekomunikasi melalui perombakan jaringan telepon, yang dapat melayani aplikasi suara maupun non suara seperti data, teks, citra, dan video pada satu jaringan yang sama.

Teknologi jaringan ini diprakarsai oleh H. Shimada pada suatu pertemuan CCITT tahun 1971. Kemudian, aplikasi ISDN segera terwujud setelah CCITT merekomendasikan standar Red Book (1985) dan standar Blue Book (1988) dalam wujud Narrow Band (N-ISDN).

ISDN dikembangkan dari jaringan telepon dengan mengusahakan agar tidak melakukan perubahan secara mendasar pada sentral telepon yang sudah ada. Sebab saat ini pada dasarnya jaringan telepon yang telah tersebar secara luas di dunia sudah menggunakan teknik digital pada bagian transmisi dan switching-nya.

Jika kita ikuti berita selama satu setengah dasawarsa terakhir, Indonesia telah secara gencar meluaskan jaringan dan mengganti seluruh sentral telepon analog ( telepon 0ntel) menjadi sentral telepon digital (Sentral Telepon Digital Indonesia, STDI). Perluasan jaringan memproyeksikan pemasangan sebesar 5 juta satuan sambungan (SST) pada akhir PELITA VI.

Sampai saat ini telah dilaksanakan kerja sama dengan mitra asing untuk pembangunan pertelekomunikasian di Indoensia. Tercatat perusahaan telekomunikasi Jepang, NEC dalam pembangunan STDI II (NEAX-61) dan AT & T (5ESS). Di samping adanya upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan , secara langsung maupun tidak langsung, ini merupakan upaya yang bagus untuk memperlancar evolusi ke arah JDPT.
STDI menjadi JDPT
Bayangkan, bila saat ini Anda memegang sebuah Laptop, kemudian dengan perantara telepon selular Anda masuk ke jaringan Internet, maka Anda sudah dapat melanglang buana. Anda berkomunikasi dengan kolega yang berada di lain benua, lewat sura, teks, data, citra dan bahkan video.

Namun, hal itu tidak akan terlaksana dengan baik bila jaringan telepon yang ada masih kurang mendukung terutama kecepatannya atau banyaknya data yang dapat disalurkan per satuan waktu. Untuk itulah, Indonesia dalam waktu dekat akan mengoperasikan Jaringan Digital Pelayanan Terpadu (JDPT) atau lebih dikenal dengan istilah aslinya sebagai Integrated Services Digital Network (ISDN).

Banyak keuntungan yang diperoleh bila komunikasi telepon, faksimil, teks, video, transmisi data, gambar dan jaringan komputer menggunakan layanan ISDN ini. Di antaranya adalah kecepatannya yang dapat mencapau 144 Kbps (Kilobit per second) atau bahkan hingga 2 Mbps (Megabit per second).

ISDN dapat digambarkan sebagai jaringan telekomunikasi melalui perombakan jaringan telepon, yang dapat melayani aplikasi suara maupun non suara seperti data, teks, citra, dan video pada satu jaringan yang sama.

Teknologi jaringan ini diprakarsai oleh H. Shimada pada suatu pertemuan CCITT tahun 1971. Kemudian, aplikasi ISDN segera terwujud setelah CCITT merekomendasikan standar Red Book (1985) dan standar Blue Book (1988) dalam wujud Narrow Band (N-ISDN).

ISDN dikembangkan dari jaringan telepon dengan mengusahakan agar tidak melakukan perubahan secara mendasar pada sentral telepon yang sudah ada. Sebab saat ini pada dasarnya jaringan telepon yang telah tersebar secara luas di dunia sudah menggunakan teknik digital pada bagian transmisi dan switching-nya.

Jika kita ikuti berita selama satu setengah dasawarsa terakhir, Indonesia telah secara gencar meluaskan jaringan dan mengganti seluruh sentral telepon analog ( telepon 0ntel) menjadi sentral telepon digital (Sentral Telepon Digital Indonesia, STDI). Perluasan jaringan memproyeksikan pemasangan sebesar 5 juta satuan sambungan (SST) pada akhir PELITA VI.

Sampai saat ini telah dilaksanakan kerja sama dengan mitra asing untuk pembangunan pertelekomunikasian di Indoensia. Tercatat perusahaan telekomunikasi Jepang, NEC dalam pembangunan STDI II (NEAX-61) dan AT & T (5ESS). Di samping adanya upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan , secara langsung maupun tidak langsung, ini merupakan upaya yang bagus untuk memperlancar evolusi ke arah JDPT.
STDI menjadi JDPT